Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SEBUAH TITIK KOMA HIDUP



Suatu hari, dimana tangan bergerak mengikuti kata hati hingga akhirnya menemukan sebuah gambar unik di laman twitter para netijen budiman. Sebuah symbol dalam dunia tata tulis terpaham dengan indahnya di satu bagian tubuh manusia. Terpaku pada hal baru, tangan berhenti bekerja diambil oleh fikiran yang mengelana, bertanya-tanya. Tanda apakah itu?
CUT!
Pasti banyak dari kalian bertanya-tanya apa yang dimaksud dari potongan monolog diatas, pasti. Sebenarnya tulisan ini berawal dari sebuah kekaguman saya terhadap potongan gambar yang saya temukan di ciutan seseorang pada beranda akun twitter. Gambar itu menunjukkan sebuah tato berupa titik koma (;) yang diukir dengan indahnya pada salah satu bagian tubuh yaitu pergelangan tangan. Dari sinilah saya mulai menerka apa yang dimaksud dari symbol tersebut. Bukankah symbol itu dipakai hanya dalam ruang tata kepenulisan saja? Sampai akhirnya, saya menemukan fakta mencengangkan di balik tato yang diperlihatkan tersebut. Let’s begin with the story…
            Setiap tato memiliki cerita tersendiri entah hal yang ingin diutarakan, di share, dirayakan, pengalaman maupun kesenangan tersendiri bahkan ada yang menggunakan tato karena ketidaksengajaan-mabuk misalnya. Tato yang ingin saya bahas adalah semicolon tattoo. Tato ini bukan sekedar trend biasa namun ternyata tato ini merupakan perlawanan tersembunyi terhadap sesuatu.
Semicolon tattoo: apa maksudnya?
            Semicolon dalam bahasa inggris bila diartikan secara harfiah berarti titik koma. Namun ternyata titik koma ini merupakan sebuah dukungan terhadap mereka yang bertahan di tengah depresi, kecenderungan akan bunuh diri, kecanduan dan menyakiti diri sendiri. Tren tato titik koma ini berawal dari kisah nyata dari pendiri Project Semicolon yaitu Amy Bleuel berdasarkan yang saya kutip dari faithit.com.
            Amy menceritakan bahwa dia telah mendapatkan pengalaman pahit yang ia rasakan di waktu kecil yang bahkan tidak dapat ia bayangkan akan mengalaminya. Pada umur 6 tahun, ia mendapati bahwa orang tuanya bercerai sehingga ia memilih untuk mengikuti ayahnya yang menikah kembali dengan seorang wanita. Hidup bersama ayahnya pada awalnya tenang-tenang saja hingga ibu tirinya mulai memperlakukan ia dengan kejam baik fisik, mental bahkan emotional. Hal itu ia alami pada umur 8 tahun, hingga akhirnya ia tinggal semacam rumah penjagaan (saya nggak tau arti dari custody secara nyata) sampai ibu Amy menjemputnya.
            Amy mengalami masa-masa kelam selama hidupnya, ketika harus mendpat arahan dan hiburan atas apa yang ia alami selama mendapatkan perlakuakn kejam tersebut, yang terjadi malah sebaliknya. Ia harus menanggung dosa atas apa yang tidak ia lakukan hingga Amy mengalami kecanduan terhadap obat-obatan untuk mengatasi penyakit mental yang dideritanya. Ia bahkan berusaha melukai dirinya sendiri lebih dari sekali  dalam beberapa kesempatan. Amy menceritakan bahwa ia tidak menghargai dirinya sendiri, bahkan ia mempertanyakan dimana orang-orang yang seharusnya mencintai dia yang bahkan mereka tidak pernah menunjukkan kepeduliannya terhadap Amy.
            Pada usia 18 tahun, Amy kehilangan ayahnya selama-lamanya. Ia mengatakan,masa ini merupakan masa terkelam dari dirinya, karena tanpa ia tau kehilangan ayah akan sesakit ini. Hingga akhirnya, ia menyadari ini waktu yang tepat untuk memulai hidup sebagai orang dewasa. Ia tidak mnegetahui dimana dan bagaimana ia akan hidup nantinya. Lima tahun tidak duduk di bangku sekolah, ia berhasil memperoleh HSED dan menapaki kehidupan perkuliahan.

            Amy mendirikan Project Semicolon, sebuah organisasi non-profit yang bertujuan untuk mengembalikan harapan dan percaya diri seseorang yang sedang mengalami masalah karena kecanduan, depresi, self-harm (menyakiti diri sendiri) bahkan keinginan bunuh diri. Secara tata tulis, Titik koma digunakan ketika sebuah kalimat telah selesai namun ternyata ia terpisah dari awal dari kalimat lain. Amy berkeyakinan bahwa prinsip yang sama dapat digunakan dalam realita hidup seperti penulis yang memilih untuk mengakhiri sebuah kalimat namun ternyata ia  memilih untuk tidak mengakhirinya. 
Penulis tersebut adalah kamu dan kalimat itu adalah cerita dari perjalanan hidupmu.”
            Organisasi juga mengajak orang untuk membuat semicolon tattoo di pergelangan mereka sebagai jalan untuk  share cerita kita dan bernai untuk membuka diskui mengenai mental health issue. Tato tersebut juga dapa memberikan informasi bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi kesulitan yang mereka alami- titik koma hidup mereka

MENJADI MANUSIA

Ada banyak lika-liku dalam menjalani sebuah realita bernama kehidupan. Tak sesulit yang dibayangkan tapi juga tak mudah untuk dilakukan. Semua punya cerita dalm hidup kita masing-masing baik susah maupun senang pasti akan dialami masing-masing pribadi. Urip iku sawang sinawan, kalau dalam bahasa jawa. Focus pada diri kita masing-masing, terkadang fenomena hidup itu mudah dan asyik hanya sebagai pemanis dalam feed instagram saja. Manusia memang banyak adanya bahkan menjadi buih tapi memahami arti penting ”menjadi manusia” sungguh amat jarang. Sangat.
                      
At the end of this, saya menyadari bahwa memang nggak ada yang sempurna, sesempurna alis Kendal jenner hehe, tapi yang paling bijak saat ini adalah terus belajar menjadi manusia. Sebuah proses belajar yang lama dan tak akan pernah habisnya baik melampui dimensi ruang dan waktu yang ada.
Buat yang butuh konsultasi, saya akan menyediakan akun layanan psikologi professional yang akan membantu kalian. (btw, akun-akun ini saya dapatkan dari description box videonya kak Gita Savitri )
AKUN LAYANAN PSIKOLOGI PROFESIONAL
@saveyourselves.id
@sehatmental.id (LINE; @yuksharing)
@ibunda.id
@pijarpsikologi (pijarpsikologi.org/konsultan gratis)
@yayasanpulih (pulihcounseling@gmail.com)
@sehatjiwa.id
@TigaGenerasi
@personalgrowthid
@ruangmekar.azlia
@rekat.psi
@bantuincurhat
@pionclinician





2 komentar untuk "SEBUAH TITIK KOMA HIDUP"