Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Masa Pandemi- Aku Memilih Menjadi...




Bumi pertiwi sedang berduka.

     Banyak diantara kita sudah paham mengenai hal ini jika bumi sedang tak baik-baik saja. Ada yang panik, tetap positif, bingung bahkan ada yang seakan covid-19 bukan hal yang membahayakan. Simpang siur berita menjadi makanan sehari hari. Suara suara para buzzeRp selalu digaungkan menjadikan harap harap cemas bagi penduduk negara. Tuding menuding, saling menghalangi kebijakan sudah menjadi makanan sehari hari para penguasa. Lantas, masyarakat kita mau dibawa kemana? Hai para penjilat rakyat jelata.

    Lagu Buruh Tani yang selalu menjadi andalan para mahasiswa terasa mengena sekali di saat seperti ini.

Buruh, tani, mahasiwa, rakyat miskin kota
Bersatu padu tuntut perubahan
Bersatu tekad dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia


   Masa Pandemi membuat semua gusar terutama kalangan bawah yang bingung bagaimana mencari sesuap nasi yang saat kehidupan normal  pun sudah susah apalagi ada aturan tak boleh berkeliaran di luar. Sedih, bingung dan kecewa.

  Banyak pihak yang menawarkan bantuan, menjadi garda terdepan dalam masa sulit. Namun adapula yang menjadi penakut luar biasa hingga merampas hak hak orang lain dengan mengambil kebutuhan tak sesuai dengan sewajarnya.

  Ada beberapa tipe orang dalam menghadapi Pandemi Covid-19 ini. Hal ini murni dari pendapat saya sendiri, jika tidak sesuai dengan yang kalian pikirkan, toh tidak jadi masalah bukan?

Tipe Penakut

   Tipe ini akan selalu ada di muka bumi. Orang orang yang takut luar biasa sehingga merasakan tidak ada solusi atas musibah ini. Membeli sebanyak mungkin persiapan di atas batas wajar untuk mengatasi wabah, tanpa memperhatikan banyak orang juga lebih berhak dalam memilikinya. Kasus ini benar adanya. Sepasang suami istri pergi membeli kebutuhan pokok di swalayan menggunakan APD yang sangat dibutuhkan para tenaga medis. APD tersebut sangat langka. Sungguh tega kau, pak!


Tipe Penimbun

   "Ada pandemi? asik jadi punya dapet duit'
Mungkin itu yang dipikirkan oleh para penimbun barang saat pertama kali melihat peluang besar dalam meraup keuntungan. Bayangkan saja harga normal masker Rp17.000 an untuk merek sensi menjadi sekitar Rp300.000 an saat melihat di online shop. Sunggu membuat geram banyak pihak. Pemerintah sudah mewanti wanti hukuman bagi para penimbun, tak takut jua mereka.


Tipe Penebar Hoax

   Hoax seringkali menipu kita, tak jarang membuat banyak pertengkaran baik di dunia maya maupun nyata. Tak ayal hal ini memicu konflik yang seharusnya tidak terjadi di waktu sulit ini. Bukan kah kita harus saling membantu sobat?
Kalau dapat broadcast maupun berita mengenai pandemi dan belum tau kebenarannya, lebih baik tidak usah di bagikan kepada yang lain. Stop menebar ketakutan! Saring sebelum sharing memang terbaik.


Tipe Optimis

       Banyak dari kita yang menjadi tipe seperti ini. Nggak panikan tapi juga nggak berani kebablasan. Tipe seperti ini ikut anjuran pemerintah, pakai masker, nerapin physical distancing, dll. Tipe ini juga kadang yang menjadi donatur yang diadakan para penggalang dana. Yakin bahwa suatu saat pandemi ini akan segera berakhir dan sabar untuk dapat merasakan euforia berlibur suatu saat nanti.


Tipe Penggalang Dana

    Uang dan kebutuhan. Tak ada uang maka tak bisa membeli kebutuhan. Tapi bagaimana mencari uang jika keluar rumah pun dibatasi, toko toko diminta tutup. Nah, para penggala ng dana lah jawabannya. Mereka mengetuk pintu pintu orang berdompet tebal dan berhati malaikat. Semboyan " ekonomi mati masih bisa dibangkitkan kembali, tapi kalau manusia yang mati siapa yang berkuasa menghidupkannya kembali?" Selalu menjadi alasan mereka rela berlelah diri. Salut untukmu sobat!


Tipe Pejuang

   Saya rasa tak cukup ribuan kata untuk memuji ketangguhan dan ketulusan para pahlawan ini. Mereka lah tenaga medis, relawan, pembersih kota, kurir barang dan makanan, donatur tanpa meminta imbalan. Sosok sosok tersebut telah mewakafkan diri kepada negara dan masyarakat. Banyak uang dan penghargaan sering ditawarkan, tapi mereka menolak dengan tegasnya. Kata mereka "Biarlah Tuhan yang membalas segala kebaikan". Saya angkat topi dan membungkuk tanda hormat saya pada pahlawan yang telah berjasa.


  Masih banyak tipe tipe orang dalam menghadapi pandemi ini, mulai para pengabai, pencari keuntungan, tipe pasif, tipe kolotnya minta ampun, tipe pasrah dan lain sebagainya. Memang dampaknya beda beda? Jelas dong. Semakin cepat kita bersatu menghadapi virus ini bersama, makin cepat pula tingkat kepulihan dari wabah Covid-19 ini.

    Buat sobat semua yang masih memakan dan menebar hoax, lebih baik berhenti sekarang. Jadilah warga yang bijaksana. Saya sangat sedih ketika mendengar  jasad seorang perawat yang bertugas di Rumah Sakit Terbesar di Kota tidak diterima oleh warga untuk dikuburkan di pemakaman umum desa asalnya. Sehingga perawat tersebut dimakamkan di lahan rumah sakit dengan dilakukan oleh para koleganya. Sedih? Tidak, saya malah rasanya ingin memaki mereka yang tega menolak warganya sendiri hanya karena pernah merawat pasien Covid-19. Pemberian pemahaman bahwa virus corona tidak akan menyebar saat inangnya mati, aturan pemakaman sudah sesuai dengan WHO dan beragam penjelasan lain. Mereka tak bergeming, tetap menolak. Apakah ketakutanmu telah memakan hati nuranimu sobat?

  Judul tulisan ini jelas telah memberikan pertanyaan kepada kalian mengenai pilihan yang akan kita ambil. Kau ingin tetap menjadi pecundang atau menjadi pahlawan tanpa mengharap imbalan Sobat?

   Tulisan di atas saya rasa beda dari yang lain. Saya merasa begitu, entah dalam gaya bahasa maupun topik yang dibahas. Saya menulis ini karena kebingungan saya mencari tempat nyambat terbaik.

Takut boleh, goblok jangan!



Stay safe semuanya! Semoga kita selalu di lindungi oleh Allah dan dijaga kewarasan akal dan hati kita.

Sumber gambar
https://m.facebook.com/ophelossingapore/photos/pcb.516666078981671/516665625648383/?type=3&source=48&__tn__=EH-R


Posting Komentar untuk "Masa Pandemi- Aku Memilih Menjadi..."