Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PEREMPUAN DAN KERJA PERADABAN | HIBOOKS ep. 3


“woman are the real architect of society” –Harriet Beecher Stowe-

Ngomongin perempuan emang nggak ada habisnya untuk dibahas alias di-ghibahkan. Seseru itu ngomongin perempuan, pun dengan gender saya sebagai perempuan tak membuat saya mengerti arti perempuan di masa ini. Banyak banget kiprah perempuan-perempuan hebat di luar sana yang mengharumkan nama perempuan, pun dengan sisi lain yang menjelekkan nama perempuan dengan bertingkah yang tidak sewajarnya yang dapat kita lihat di media social.

            perempuan yang katanya punya hubungan erat  dengan peradaban bisa membuat sebuah negara makmur bahkan bisa hancur. Perempuan yang kalau dalam filosofis Jawa hanya bisa “macak, manak, masak” ternyata bisa berbuat lebih dari itu dan bisa jadi melampaui zaman dimana ia hidup. Kita seringkali tertipu dengan propaganda fakta yang menyatakan bahwa peradaban bisa dilihat dari banyaknya gedung tinggi yang dibangun hingga mencapai langit atau peradaban dapat dilihat dari bagaimana teknologi dapat berkembang begitu pesatnya dan hampir menyaingi manusia dalam kehidupan atau juga dilihat dari beragam profesi masyarakat suatu negara tersebut.

Padahal, pada kenyataannya elemen penting dari sebuah peradaban masyarakat adalah kebijaksanaan berpolitik, kooperasi, kebaikan dan wanita. Hanya satu dari elemen tersebut yang dapat kita lihat secara nyata sebagai subjek maupun objek, yakni  wanita. Sebelum pembahasan lebih jauh, terlebih dahulu memilah haruskan menggunakan term perempuan atau wanita. Bila mengacu pada KBBI, istilah wanita dikatakan “perempuan dewasa” sehingga makna perempuan berarti “belum dewasa”. Sebenarnya term ini tidak berpengaruh, toh kita bisa lihat dari banyak perempuan yang sudah dapat berkiprah secara global.

Kembali pada pembahasan perempuan sebagai unsur tak terpisahkan dari kemajuan peradaban, tentu pernyataan ini harus dapat dibuktikan dengan berbagai fakta atas banyak peristiwa yang terjadi yang kemudian ditengarai ada campur tangan dari perempuan. Refleksi atas peristiwa memperlihatkan bahwa perempuan dengan hasil karya dan perhatiannya telah membuat gebrakan dalam memajukan peradaban. Mereka berkontribusi dalam pembuatan kerajinan tekstil dalam garda ekonomi, turut serta dalam pembangunan kuil, bahkan  baru-baru ini sebuah penelitian menunjukkan ketika perempuan ikut serta dalam medan perang meningkatkan efektivitas sebuah misi milter tanpa mengharuskan kekerasan yang lebih. Hal ini dikarenakan personel perempuan memiliki sifat better behaved, less corrupt, dan less abusive yang tentunya sesuai dengan elemen peradaban “kebaikan”.

Uraian diatas tentu membangkitkan opini bahwa perempuan merupakan subjek dimensional, ia menjadi inisiator dalam gebrakan, supporter dalam gerakan dan pengingat dalam tindakan berlebihan. Kenapa saya bisa mengatakan demikian, tentu hal  ini tak lepas dari buku Perempuan dan Kerja-Kerja Peradaban yang baru saja saya serap opini dengan data yang mendukung dalam buku tersebut.


Why You Should To Read This Book Too?

Alasan orang untuk membaca buku bisa saja beragam, berbeda antara satu dengan yang lain, toh memang manusia tak ada yang sama. Pun dengan alasan saya membaca buku ini, diantaranya ialah:

Pertama, entah kenapa saya pertama kali terpikat dengan judul yang diangkat, seolah-olah dengan judul ini bisa menghapus stereotype tentang perempuan yang sedang merosot karena pergaulan anak muda saat ini. Kita tahu bahwa peradaban seringkali bersanding dengan istilah maju dan modern, so dengan menghubungkan kata perempuan dan peradaban dapat membuat sanggahan yang tepat agar isu miring perempuan dapat dihapuskan.

Kedua, setelah judul yang memikat mata saya, pun ternyata desain cover membuat saya seketika jatuh hati. Dengan adanya ratusan buku membuat seketika kita dapat meng-generalisir bahwa perempua juga bisa berkutat dengan buku, tak peduli seberapa banyak judul buku yang dihabiskan, buku sebagai tanda kemajuan literasi bukan?

Ketiga, adanya penegasan di awal bahwa buku ini disusun berdasarkan diskusi online, dan tentu kita tau sangat bahwa diskusi tidak menutup semua pendapat yang ada di masyarakat. Diskusi juga dibawakan dengan bahasa yang santai sehingga tidak membuat bosan pembaca. Buku ini juga disusun dengan jumlah halaman  yang sedikit sekitar 170-an yang tentunya dapat sekali duduk dan sebagai rehat sejenak dari buku bermuatan berat lainnya.

Terakhir, alasan yang membuat saya suka dengan buku ini adalah buku ini dibagi menjadi 3 bab besar, yakni fitrah seorang perempuan, perempuan dan peradaban yang dibahas tiap bidangnya seperti social, keamanan, pendidikan dan sebagainya, pada bab terkahir dipaparkan mengenai kisah-kisah perempuan hebat yang turut dalam memakmurkan sebuah peradaban diantaranya kita mengenal R.A Kartini, Florence Nightingale dan Nyai Ontosoroh, serta tal luput Inggit, mantan istri Soekarno.

Dengan beragam alasan di atas cukup membuktikan bahwa buku ini cocok untuk dibaca anak muda khususnya para perempuan yang sedang bingung dengan “fitrah” nya.

What Miss From This Book?

Sayangnya, nggak semua buku itu sempurna termasuk buku ini. Banyak kesalahan penggunaan ejaan dan tata bahasa yang membuat buku ini kurang menyenangkan saat membacanya. Saya orang yang greget sekali kalau ada typo dalam penulisan, apalagi bila buku tersebut dikeluarkan oleh penerbit yang “seharusnya” sudah melakukan editing pada buku yang ingin di-publish kepada khalayak umum.

Satu hal lagi yang saya kurang suka dengan buku ini adalah, daftar isi. Kerapian dalam pembuatan buku sungguh saya sangat mengapresiasinya,  terlbih bila konten  buku tersebut sudah bagus, agak sayang bila harus ada kurang dalam masalah di luar konten. 

What I Learned From This Little Cute Information?

Udah gerak aja dulu.

Kalau harus digambarkan melalui sebuah kalimat maka kata yang tertera di atas sudah mewakili saya. Mungkin hal ini dipengaruhi dari keadaan saya saat membaca yang sednag bingung harus melakukan aktivitas yang cukup “produktif” di masa pandemic ini. Dari yang kemaren males baca buku, dengan buku kecil ini membuat saya ingin menjadi bagian orang yang bibliphilia- suka membaca. Hal ini terinspirasi dari informasi yang didapat dari buku bahwa literasi berasal dari bahasa Latin Litteratus yang artinya orang yang belajar. Saya ingin menjadi Litteratus tadi.

How To Buy?

Kalian bisa membeli buku ini lewat penerbit Pustaka Saga, kalau kalian punya akun instagram kalin bisa mencarinya di kolom pencarian. Harganya cukup terjangkau sekitar 45-60k kalau nggak salah. Sst for your information, saya bisa baca buku ini karena pinjaman teman, well sebenarnya mau beli sendiri, eh doi nya datang duluan, ya kagak bisa ditolak ya kan?

Penilaian?

overall 3.8/5

Posting Komentar untuk "PEREMPUAN DAN KERJA PERADABAN | HIBOOKS ep. 3"